Se-amin tapi tak Se-iman

“Perkawinan itu seumur hidup, karena seumur hidup maka harus dipersiapkan secara matang dan sungguh-sungguh. Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu harus mengukur kesanggupan kita, apakah kalau saya nikah beda agama, saya sanggup menghadapi berbagai macam masalah dalam perkawinan, misalnya perbedaan pendapat dalam rumah tangga,” demikian salah satu ungkapan RP. Postinus Gulo, OSC., dalam pemaparan materi Cafe Rohani yang diselenggarakan oleh OMK St. Laurentius Sukajadi (Sabtu, 24/06/2023) di pelataran gua maria samping gereja.

Pastor Postinus, melanjutkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan beda agama, yakni faktor internal dan eksternal. Internal, banyak anak muda “belum” membayangkan masalah apa yang akan terjadi kalau menikah beda agama. Eksternal, banyak ditemukan kisah-kisah perceraian dan pindah agama. Seolah-olah pindah agama itu sebagai hal yang biasa. Padahal dalam Gereja katolik selalu ditekankan agar bisa mencari jodoh yang seiman. Sebab pada kenyataannya orang yang seiman saja, kerap kali mengalami perbedaan pendapat. Apalagi kalau beda agama atau beda iman. Gereja Katolik menyarankan mencari jodoh seiman tidak lain dan tidak bukan adalah agar memenuhi tiga tujuan perkawinan, yakni kebaikan suami dan istri, kelahiran anak, dan pendidikan anak. Tegas anggota tribunal keuskupan bandung ini.

Cafe Rohani ini mengangkat tema “Seamin tapi tak seiman”. Tema ini diangkat berdasarkan hasil survey dari para panitia OMK Sukajadi. Sebelum menentukan tema cafe rohani terlebih dahulu para panitia memberikan survey dalam rupa Kuesioner kepada seluruh OMK. Ada beberapa pertanyaan dalam Kuesioner tersebut, salah satunya pacaran beda agama. Berdasarkan survey tersebut terdapat 58 % OMK berpacaran beda agama. Ada sekurang-kuranya 140 peserta yang hadir dalam kegiatan ini.

Dalam closing statement pastor Postinus mengutip Paus Fransiskus bahwa kaum muda bukan hanya masa depan Gereja tetapi masa kini Gereja. Jika OMK yang adalah masa kini Gereja, tidak lagi mencintai ajaran Gereja dan tidak setia kepada Tuhan, bagaimana masa depan Gereja. Gereja baik kalau kita baik, Gereja benar kalau kita benar. Oleh karena itu menjadi OMK kita harus bertanggung jawab sebagai komunitas Gereja. Harapan dengan mengikuti acara ini para OMK bisa mendapatkan pencerahan baru khususnya bagi mereka yang berpacaran beda agama.***

Fr. Adrian Purnama, OSC