Mempersiapkan Kapitel Umum


Enlarge General Council, itulah sebutan pertemuan yang dilelenggarakan Konggregasi SS.CC. Pertemuan merupakan kapitel dunia dalam rangka persiapan kapitel umum yang akan diselenggarakan di Roma tahun 2024. Diselenggarakan di Bandung, Bumi Silih Asih (3-13/9/2023), dihadiri para pastor dan suster propinsial dunia, yaitu asia termasuk Indonesia, amerika latin, Eropa, Afrika (Konggo), berjumlah 45 orang propensial, serta dipimpin oleh pimpinan umum (superior general) Pastor Alberto Tutan dan Sr. Patricia Bella Roel.

Kapitel di Indonesia ini bisa disebut sebagai brain storming dengan bahasan utama merefleksikan dan menentukan arah konggregasi ke depan. Konggregasi yang terdiri dari putera dan puteri (Pastor dan Suster) yang mempunyai dapur masing-masing ini menyadari eksistensi dan arah ke depan. Atas masukan yang ada para super general kemudian akan menentukan hal mana yang dipilih utuk dibahas dalam kapitel umum.

Pada peremuan awal para propinsial mensharingkan dan menginformasikan update situasi di daerah masing-masing, karya, anggota, kehidupan spiritual dan situasi perkembangan jaman pada masyaraktnya. Salah satu tawaran menarik datang dari salah satu Suster di Hainan, China yang menawarkan lahan misi untuk digarap oleh Konggregasi, agar SS.CC hadir juga di China. Sedangkan dari Asia yang dilontarkan oleh Sr. Romeka, propinsial SS.CC Asia, bahwa anggota puteri saat ini sangat berkurang jumlah. Banyak biara di berbagai negara dihuni oleh para biarawati yang sangat tua-tua. Selalu tidak ada yang baru, yang muda untuk meneruskan karya. Situasi ini diusulkan agar menjadi salah satu bahasan dalam kapitel umum nanti. Keprihatinan akan panggilan yang kabarnya di asia ini tinggi pun ternyata di Konggregasi SS.CC ini mengalami stagnan dan sulit anak muda untuk mau bergabung.

Di samping sukacita penyelenggaraan, menurut panitia, pertemuan ini juga menemui banyak kesulitan. Kesulitan bahasa selalu menjadi masalah setiap kali pertemuian besar seperti ini karena paling tidak mereka yang berbicara, menyampaikan opini, selalu menggunakan bahasa masing-masing, terutama Spanyol, Prancis, yang harus memerlukan penerjemah bahasa Inggris dalam pertemuan ini. Kesulitan yang lain adalah soal makanan, sehingga panitia yaitu para suster dan beberapa umat pendukung di Bandung ini harus berusaha selalu menyediakan makanan kebiasaan mereka masing-masing. Harapannya jangan sampai dalam pertemuan selama sepuluh hari ini mereka menjadi tidak fit lantaran makanan yang tidak sesuai. ***

deBritto