Tiga Tanda Kehadiran kristus dalam Liturgi

Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis. Baik bagi Gereja universal dan Gereja partikular, maupun bagi setiap orang beriman, perayaan Ekaristi merupakan pusat seluruh kehidupan kita semua. Umat beriman diharapkan dapat mengalami Misa sebagai puncak karya Allah yang menguduskan dunia, dan puncak karya manusia yang memuliakan Bapa melalui Kristus, Putra Allah, dan dalam Roh Kudus. Selain itu, perayaan Ekaristi merupakan pengenangan misteri penebusan sepanjang tahun yang dihadirkan untuk umat beriman agar hidup dan pekerjaan sehari-hari mereka bersumber dan tertuju pada perayaan Ekaristi sebab Kristus telah menebus dosa manusia dengan mengorbankan diri-Nya melalui sengsara dan wafat di kayu salib serta akhirnya bangkit pada hari ketiga. (bdk. Sacrosanctum Concilium atau SC 10 dan Pedoman Umum Misale Romawi atau PUMR 16).

Dengan demikian, karya penebusan umat manusia dan pemuliaan Allah disempurnakan oleh Kristus Tuhan terutama dalam misteri Paskah yang terlaksana dalam perayaan Liturgi. Melalui Liturgilah, karya keselamatan yang dilakukan oleh Kristus dapat terjadi. Melalui Liturgilah, karya keselamatan yang dilestarikan oleh Gereja dapat terjadi. Melalui Liturgilah, karya keselamatan bagi umat beriman yang bersifat manusiawi sekaligus ilahi dapat terjadi. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kita akan mendalami tiga tanda kehadiran Kristus dalam Liturgi sebagai cara dan sarana pelaksanaan karya keselamatan yang paling sempurna bagi umat beriman. Ada tiga tanda kehadiran Kristus dalam Liturgi menurut Sacrosanctum Concilium no. 7 yaitu dalam Kurban Misa, dalam Sakramen-sakramen, dan dalam Sabda serta umat-Nya.


In Missae Sacrificio

Tanda kehadiran Kristus dalam Liturgi yang pertama adalah in Missae Sacrificio atau dalam kurban Misa. Kristus hadir dalam kurban Misa, baik dalam pribadi pelayan maupun dalam kedua rupa Ekaristi. Dalam pribadi pelayan berarti pribadi yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengorbankan diri di kayu salib. Dalam kedua rupa Ekaristi berarti umat beriman, meskipun banyak, disatukan karena menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang satu, sama seperti dahulu para rasul menerimanya dari tangan Kristus sendiri (bdk. SC 7 dan PUMR 72).

Dalam perjamuan malam terakhir, Kristus menetapkan kurban dan perjamuan Paskah yang terus-menerus menghadirkan kurban salib dalam Gereja. Hal ini terjadi setiap kali imam, atas nama Kristus Tuhan, melakukan perayaan yang sama seperti yang dilakukan oleh Tuhan sendiri dan Dia wariskan kepada murid-murid-Nya sebagai kenangan akan Dia. Dalam perjamuan itu, Kristus mengambil roti dan piala berisi anggur, dan mengucap syukur; Ia memecah-mecah roti, dan memberikan roti serta anggur kepada murid-murid-Nya seraya berkata, “Terimalah, makanlah dan minumlah; inilah Tubuh-Ku; inilah piala Darah-Ku. Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku” (bdk. PUMR 72).

Kehadiran Kristus dalam Liturgi dapat terjadi melalui pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus sebab melalui tugas imamat tersebut, pengudusan dilambangkan dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing. Melalui tugas imamat, tindakan pengudusan dilaksanakan seutuhnya oleh Tubuh mistik Yesus Kristus yakni Kepala beserta para anggota-Nya. Sebagai in persona Christi atau pribadi Kristus, imam mempersembahkan kurban sekaligus memimpin umat beriman yang berhimpun. Melalui pelayanan imamat, Kristus melangsungkan kuasa-Nya sendiri sebagai Imam agung Perjanjian Baru.

 

In Sacramentis

Tanda kehadiran Kristus dalam Liturgi yang kedua adalah in sacramentis atau dalam sakramen-sakramen. Kata “sakramen” berasal dari bahasa Latin yakni sacramentum yang terdiri dari kata sacra berarti suci atau kudus dan mentum berarti sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, sakramen dapat diartikan sebagai sarana untuk mencapai kekudusan atau sarana untuk bersatu dengan Allah. Katekismus Gereja Katolik no. 1127-1129 menegaskan bahwa sakramen-sakramen yang dirayakan dengan pantas dalam iman, memberikan rahmat yang mereka nyatakan. Sakramen-sakramen tersebut berdaya guna karena Kristus sendiri bekerja di dalamnya sehingga kita sebagai umat beriman menerima rahmat keselamatan. Kristus hadir dalam sakramen-sakrmaen sedemikian rupa sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Hal yang sama berlaku untuk semua sakramen yakni Kristus sendirilah yang melakukannya untuk kita semua.

Oleh karena itu, sakramen-sakramen itu hanya berarti dan bermakna bagi umat beriman yang sungguh percaya dan mengimaninya dalam hidup kristiani. Sebaliknya, bagi orang yang tidak percaya dan di luar kristiani, sakramen tidak berfungsi dan tidak ada artinya. Sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah. Sakramen adalah tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan sehingga rahmat Allah dapat dipahami oleh manusia. Sakramen juga merupakan sarana utama pengudusan dan penyelamatan agar umat beriman yang menerimanya dapat berkembang dalam kekudusan.


In Verbo Suo et Fidelibus

Tanda kehadiran Kristus dalam Liturgi yang ketiga adalah in Verbo Suo et Fidelibus atau dalam Sabda-Nya dan dalam umat beriman. Dalam Sabda-Nya berarti Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya pada saat Kitab Suci dibacakan dalam gereja dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira tersebut sebab Ia hadir dalam sabda itu. Dalam umat beriman berarti Kristus hadir pada saat Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: “Bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku di situlah Aku berada di antara mereka (Mat 18:20).

Kehadiran Kristus dalam Liturgi khususnya dalam bacaan yang diwartakan dan dijelaskan dalam homili merupakan tanda Allah sendiri yang bersabda kepada umat-Nya. Allah menyingkapkan misteri penebusan dan keselamatan serta memberikan santapan rohani. Melalui sabda-Nya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman. Sabda Allah itu diresapkan oleh umat dalam keheningan dan nyanyian, dan diimani dalam syahadat. Setelah dikuatkan dengan sabda-Nya, umat memanjatkan permohonan-permohonan dalam doa umat untuk keperluan seluruh Gereja dan keselamatan seluruh dunia (bdk. PUMR 60).

Kehadiran Kristus dalam umat-Nya menunjukkan bahwa perayaan Ekaristi merupakan tindakan seluruh Gereja. Dalam perayaan itu hendaknya setiap orang melakukan tugas masing-masing menurut kedudukannya sebagai umat Allah. Mereka adalah umat yang dipanggil untuk memanjatkan permohonan seluruh umat manusia kepada Allah. Mereka adalah umat yang mempersembahkan kurban Kristus sambil bersyukur atas misteri keselamatannya dalam Kristus. Mereka adalah umat yang tumbuh menjadi satu karena persekutuan dengan Tubuh dan Darah Kristus. Mereka adalah umat yang berpartisipasi secara sadar, aktif, dan penuh makna dalam misteri Ekaristi.


Demikianlah tiga tanda kehadiran Kristus dalam Liturgi dijelaskan secara singkat. Semoga dengan mengalami kehadiran Kristus dalam Liturgi, kita semua semakin menghayati perayaan Liturgi yang kita alami dan menyadari bahwa Kristus sendiri yang melakukannya untuk kita semua.



RP. Riston Situmorang OSC

Dosen Liturgi Fakultas Filsafat UNPAR