Temu Rektor dan Formator Seminari Menengah Se-Regio Jawa

Pada tanggal 17-20 Oktober 2017, bertempat di Hotel Bumi Makmur Indah – Lembang Bandung, telah berlangsung pertemuan Rektor daan formtor Seminari Menengah Regio Jawa: Seminari Menengah Seminarium Marianum (Keuskupan Malang), Seminari Menengah St. Vincentius A Paulo (Keuskupan Surabaya), Seminari Menengah St. Petrus Canisius (Keuskupan Agung Semarang), Seminari Menengah Cadas Hikmat (Keuskupan Bandung), Semnari Menengah Stella Maris (Keuskupan Bogor), Seminari Menengah Wacana Bhakti (Keuskupan Agung Jakarta). Dalam pertemuan ini juga dihadiri oleh RD. Joseph Kristanto, sekretaris Komisi Seminari KWI. Pertemuan ini, sekaligus merayakan syukur ulang tahun Seminari Menengah Cadas Hikmat Keuskupan Bandung ke 70. Tema pertemuan tahun ini adalah: ''Memahami Pendidikan Calon Imam (Seminari Menengah) dalam Perspektif Psikologis dan Hukum di Indonesia''. Tema ini merupakan tindak lanjut dari bahasan tentang ''Gereja sebagai Mater et Magistra dalam konteks formatio di seminari'' di Wisma Erema Bogor, 30 September 2016.

Pertemuan dibuka secara resmi dengan Perayaan Ekaristi di Seminari Cadas Hikmat yang dipimpin oleh RD. Yustinus Hilman Pujiatmoko – Vikjen Keuskupan Bandung. Setelah misa pembukaan, dilanjutkan dengan sharing tentang konsolasi dan desolasi sebagai formator di seminari masing-masing. Beberapa hal yang disampaikan dalam sharing antara lain: menjadi formator adalah orang pilihan, tidak sembarang orang. Menjadi seorang formator berarti menjadi pribadi yang siap memperbaharui diri dengan aneka perspektif (spiritual, psikologis, hukum, dll) untuk menyiapkan seminari lebih berkualitas sebagaimana diharapkan oleh gereja dalam Optatam Totius.

Pendalaman tema, pertama dibekali dengan masukan dari Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Uskup Keuskupan Bandung dengan judul ''Seminari Generasi Z dalam Terang Optatam Totius''. Beliau memberikan wawasan dan penyadaran kembali pentingnya mengenali situasi realitas dunia dan seminaris yang ada di masing-masing seminari. Dari realitas yang ada para formator agar tidak kehilangan orientasi tetap berpegang pada pedoman Optatam Totius berkaitan dengan arah dan tujuan pendidikan seminari menengah. Seminari bagaimanapun menjadi jantung Gereja harus menjadi prioritas Keuskupan. Beliau juga menegaskan agar setiap seminari belajar keteladanan hidup dalam kekudusan. Kedua, masukan dari ibu Lidwina Wida dengan topik ''Memahami Generasi Z dari aspek Psikologis''. Ibu Wida mengajak para formator untuk memahami beda generasi, Aspek Psikologis siswa seminari menengah, pengalaman praktis dan alternatif solusi dalam mendampingi para seminaris. Dalam topik ini ditegaskan juga mengenai pentingnya pendampingan kematangan psikologis bagi seminari. Ketiga, masukan dari ibu Anne Safrina Kurniasari dengan topik ''Perlindungan Hukum bagi Anak terhadap Kejahatan Cyber''. Ibu Anne memberikan wawasan tentang hukum secara khusus berkaitan dengan Undang-undang ITE dan Undang-undang Perlindungan Anak (UU PAI). Ia menegaskan untuk mencegah anak melakukan kejahatan cyber ataupun mencegah anak agar anak tidak menjadi korban kejahatan cyber dengan ikut mengawasi penggunaan situs internet oleh anak, jangan sampai perilaku anak mendapatkan penguatan positif (possitive inforcement) mengarah kepada pelaku kejahatan Cyber.

Setelah para formator mendapatkan masukan dari ketiga narasumber, dilanjutkan diskusi kelompok setiap unit Seminari untuk belajar dari pengalaman riil tentang kasus yang terjadi di masing-masing seminari, kemudian disharingkan sebagai pembelajaran bersama menangani kasus yang ada.

Setelah para formator berproses, disadari pentingnya pendalaman ''on going formation'' untuk para formator dan kerjasama konkret antara seminari menengah se-regio Jawa. 

Rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan ini adalah: 1) Kepada Komisi Seminari KWI agar membidani terbentuknya pedoman protokol baagi staf formator berkaitn dengan UU PAI dan ITE. 2) Kepada para Uskup agar para Uskup memberi perhatian pada seminari, seminaris dan formatornya dengan bentuk kehadiran dan sapaan; serta memperhatikan dan mempersiapkan serius formator yang tepat untuk seminari.