SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013

Solidaritas Sosial: Wujud Iman yang Hidup

(Dibacakan sebagai pengganti homili pada Misa Minggu Biasa V, 9/10 Februari 2013)


Saudari-saudara,  Umat Katolik Keuskupan Bandung yang terkasih dalam Kristus,

1. Hari ini kita memasuki Minggu terakhir menjelang dimulainya Masa Prapaskah, yaitu masa tobat dan puasa sebagai persiapan kita merayakan Paskah. Kita akan memulai peziarahan tobat menuju paskah dengan menandai diri kita dengan abu pada hari Rabu Abu yang akan datang. Masa Prapaskah adalah waktu khusus bagi kita untuk memurnikan diri. Selama 40 hari Masa Prapaskah secara khusus kita diajak untuk mengingat kembali jati diri dan panggilan hidup kita sebagai orang kristiani. Pertobatan yang kita lakukan sesungguhnya merupakan upaya kita untuk kembali kepada kehidupan dan iman kristiani. Dengan demikian, Masa Prapaskah adalah masa pembaharuan diri karena perjumpaan dengan Tuhan. Pengampunan Tuhan yang kita terima akan menjadi saat kehidupan baru bagi kita. Seperti bacaan pertama yang kita dengar pada hari ini, Nabi Yesaya mendapatkan anugerah kehidupan baru karena kesalahannya dihapus dan dosanya diampuni. Buah dari kehidupan baru itu tidak lain ialah kesiapsediaan untuk diutus. ''Ini aku, utuslah aku!'' (Yes. 6: 7-8) Itulah kata-kata Nabi Yesaya setelah dirinya berjumpa dengan Tuhan dan mendapatkan pengampunan dosa.

2. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan itu juga dialami oleh Simon dan teman-temannya di danau Genesaret. Para murid pertama itu mendapatkan kehidupan dan semangat baru setelah pengalaman kegagalan dan kekecewaan. Sepanjang malam mereka bekerja keras mencari ikan, tetapi gagal. Namun, kegagalan mereka menjadi keberhasilan, kekecewaan mereka menjadi sukacita karena mereka berjumpa dengan Tuhan. Lebih dari itu, pengalaman perjumpaan dengan Tuhan membuat Simon dan teman-temannya semakin menyadari bahwa diri mereka adalah orang berdosa. ''Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.'' (Luk. 5:8) Bagi Simon dan teman-temannya, buah dari perjumpaan dengan Tuhan adalah pertobatan; dan buah pertobatan adalah kesiapsediaan untuk diutus menjadi penjala manusia. ''Merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.'' (Luk. 5:11)

Saudari-saudara yang terkasih,

3. Perutusan untuk mewartakan iman itulah juga yang menjadi pesan Bapa Paus Benediktus XVI sewaktu beliau mencanangkan Tahun 2012-2013 sebagai Tahun Iman. Selama Tahun Iman ini kita diajak untuk menggali, menghidupi, dan mewartakan iman kepercayaan kita di tengah dunia yang senantiasa berubah, penuh tantangan dan permasalahan. Tahun iman adalah saat dimana kita memupuk kembali semangat perutusan kita. Untuk itu, Bapa Paus mengingatkan bahwa kita semua yang hidup di zaman sekarang ini memerlukan sumber air hidup seperti perempuan Samaria yang berjumpa dengan Yesus di pinggir sumur Yakub. Percakapan dan perjumpaannya dengan Yesus menjadi sumber air hidup bagi perempuan Samaria itu. (bdk. Yoh 4:1-42) Buah dari perjumpaan itu ialah ''kegembiraan dalam beriman dan kegairahan dalam mewartakannya.'' (Porta Fidei, 7)

4. Iman apakah yang menjadi suka cita kita sehingga kita bergairah dalam mewartakannya? Dalam Surat Apostolik pembukaan Tahun Iman Porta Fidei (Pintu menuju Iman), Bapa Paus juga menekankan bahwa beriman kepada Allah Tritunggal berarti beriman kepada Allah yang adalah kasih. (Yoh. 4:8). Itulah iman yang kita pegang dan kita wartakan. Pewartaan iman bahwa Allah adalah kasih, kita lakukan baik melalui percakapan, tetapi terlebih pula lewat perbuatan-perbuatan kasih. Dengan demikian, amal kasih yang kita lakukan merupakan wujud perutusan kita. Pengampunan dan kemurahan hati yang kita pancarkan merupakan pewartaan iman kita. Melalui kehidupan dan pewartaan iman semacam ini, iman kita akan semakin bertumbuh dan hidup kita akan semakin berbuah.

5.  Tahun iman, dengan demikian, menjadi kesempatan bagi kita untuk lebih meningkatkan amal kasih dan bela rasa kita. Sejalan dengan hal ini, Gereja Keuskupan Bandung telah mencanangkan tahun 2013 sebagai Tahun Solidaritas Sosial. Dalam tahun ini, kita semua diajak untuk ikut terlibat dalam pemulihan martabat manusia dan keutuhan ciptaan. Untuk itu, Aksi Puasa Pembangunan 2013 Keuskupan Bandung juga mengajak kita untuk hidup dalam semangat solidaritas sosial itu. Solidaritas sosial merupakan perwujudan iman yang hidup. Dengan demikian, iman dan solidaritas sosial bukanlah dua hal yang terpisah. Kita bisa ingat nasehat Santo Yakobus bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. Dalam Tahun Iman dan Tahun Solidaritas Sosial kita hendaknya menunjukkan iman kita lewat perbuatan-perbuatan. (bdk. Yak. 2:14-18)

Saudari-Saudara yang terkasih,

6. Kita semua menyadari bahwa kita hidup di tengah dunia yang membutuhkan kasih dan kemurahan hati. Banyak orang di sekitar kita yang hidup dalam kemiskinan dan kesakitan, keputusasaan dan kelaparan. Banyak orang yang mengalami musibah, baik karena bencana alam maupun bencana sosial. Banyak orang yang menderita karena kekerasan dan keserakahan. Ada pula yang menjadi kurban kejahatan dan ketidakadilan. Mereka adalah orang-orang yang merindukan uluran kasih dan kemurahan hati. Itulah realitas dunia, tempat kita tinggal; dunia yang sedang sakit dan menderita, tetapi tetap dicintai Allah.

7. Namun, di tengah dunia yang menderita ini, saya bersyukur bahwa muncul banyak orang yang dengan suka hati memberikan kemurahan hati dan kasih. Pada waktu bencana banjir terjadi, banyak dari antara kita dengan ketulusan hati memberikan bantuan dengan berbagai cara. Pada saat banyak anak yang tidak dapat bersekolah, beberapa orang berkumpul untuk bersama-sama mengumpulkan dana. Banyak umat yang juga terlibat dengan tekun dan setia dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat dan juga pendampingan bagi mereka yang sakit dan putus asa. Tentu, ini semua hanyalah contoh kecil dari sekian banyak kemurahan dan kasih yang telah diberikan oleh Umat Allah Keuskupan Bandung. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan kemurahan hati Anda. Semuanya itu semakin memancarkan iman kita, bahwa Allah adalah kasih.

8. Marilah kita melanjutkan karya baik kita itu sambil pula mencari bentuk-bentuk lain untuk mengembangkan karya-karya kita. Kita berdoa agar semakin banyak orang mau terlibat dalam karya amal kasih. Marilah kita jadikan masa Prapaskah sebagai masa pembaharuan perutusan iman kita untuk mewartakan kasih dan kebaikan Tuhan. Semoga di masa Prapaskah ini, kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang mengubah hidup kita. Mengakhiri surat ini,  bersama-sama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/ adik-adik kaum muda, remaja dan anak-anak semua yang dengan satu dan lain cara ikut terlibat dalam perutusan Gereja Keuskupan Bandung, baik untuk kebaikan Gereja sendiri maupun untuk kebaikan bersama dalam masyarakat yang lebih luas. Seperti Simon Petrus dan teman-temannya, kita pun dengan cara yang berbeda-beda, dipanggil dan diutus untuk menjadikan siapa pun yang kita jumpai dalam hidup kita, semakin berkembang dalam solidaritas sosial. Selamat memasuki masa tobat. Salam dan berkat Tuhan menyertai Anda sekalian beserta segenap keluarga dan komunitas Anda.


Bandung, 4 Februari 2013

+Ignatius Suharyo
Administrator Apostolik Keuskupan Bandung