BAHAN PENDALAMAN IMAN MASA ADVEN 2023

BAHAN PENDALAMAN IMAN MASA ADVEN 2023

"Spiritualitas Kerja"


PENGANTAR


Kerja sebagai Ekspresi Diri

Pada masa lalu, ketika belum ada penemuan mesin uap, setiap orang bekerja dan menghasilkan sebuah karya sebagai miliknya. Karya yang dihasilkan bukan saja sebagai milik. Lebih dari itu, karya itu merupakan ekspresi diri dari pembuatnya. Setiap orang mengha­sil­kan sebuah karya menjalani seluruh proses pengerjaan mulai dari awal hingga akhir. Dengan demkian orang yang disebut sebagai “tukang” adalah orang yang ahli; yang dapat mengerjakan seluruh proses pengerjaan dari awal sampai akhir. Sebagai contoh seorang tukang kayu adalah orang yang mampu membuat sebuah meja atau kursi dari sebuah kayu utuh yang dikerjakan menjadi sebuah kursi atau meja. Demikian juga mereka yang disebut tukang sepatu, tukang roti dan petani adalah semua orang yang ahli dalam bidangnya, karena mampu mengerjakan seluruh proses dan karya yang dihasilkan bisa disebut dan diaku sebagai karya mereka.

Pada masa-masa itu untuk menjadi seorang “tukang” seseorang harus ikut (“nyantrik”) pada seorang tukang. Perjalanan nyantrik adalah perjalan panjang bagi seseorang untuk bisa menjadi tukang. Para “cantrik” akan mulai membantu dengan mengerja-kan hal-hal sederhana seperti bebersih, mengangkat-angkat dan kemudian menyiapkan bahan. Para cantrik itu melihat bagaimana para tukang bekerja dan kemudian membantu mengerjakan beberapa hal berkaitan dengan karya. Dengan didikan dan pelatihan dari para tukang itu dalam perjalanannya para “cantrik” ini kemudian menjadi tukang. Kiranya tidak ada ijasah atau wisuda akan tetapi ketika mereka sudah dianggap mampu, maka diminta untuk memisahkan diri, sehingga mereka menjadi “tukang”.

Pada masa selanjutnya terbentuklah semacam sekolah keterampilan yang disebut “gilde”. Anak-anak muda dilatih keterampilan tertentu dalam “gilde” berdasarkan minat dan bakat mereka. Dalam perjalanan waktu mereka menjadi “tukang” yang mampu menghasilkan karya sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, hal yang penting adalah setiap orang yang berkarya mampu menghasilkan karya yang dapat diakui sebagai karyanya dan lebih dari itu merupakan ekspresi dirinya. Lewat hasil karyanya seorang “tukang” menunjukkan jati dirinya dengan kekhasan yang dimunculkan.


Revolusi Industri

Perubahan besar terjadi dengan ditemukannya mesin uap. Penemuan mesin uap ini menghantar pada perubah­an dalam karya. Sebagaimana sudah diuraikan di atas pada awalnya produk merupakan hasil dari karya-karya seseorang, atau dalam bahasa sekarang adalah hasil rumahan (home industry). Penemuan mesin uap yang mendorong industri-industri besar yang memanfaat penemuan baru itu disebut sebagai revolusi industri.

Industri-industri ini menghasilkan barang-barang dalam jumlah banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan kerja rumahan. Akibatnya kerja-kerja rumahan tidak dapat bersaing dengan dengan industri-industri besar. Industri besar menghasilkan barang dalam jumlah besar dengan waktu yang lebih singkat sehingga harga jual barang menjadi rendah. Situasi ini meng-akibatkan kerja rumahan hancur dan banyak yang kemudian menjadi pekerja pada industry-industri besar. Runtuhnya kerja rumahan juga meruntuhkan “gilde-gilde” karena banyak anak muda yang terserap oleh industri besar.

Dalam industri yang besar ini, orang tidak lagi bekerja dengan proses dari awal hingga akhir akan tetapi hanya mengerjakan satu bagian kecil dari seluruh proses menghasilkan karya. Maka orang yang bekerja pada industri besar tidak lagi bisa menyebut hasil karya itu sebagai karyanya dan juga tidak bisa menyebut hasil itu sebagai ekspresi diri. Dampak dari itu seorang pekerja menjadi terasing (teralienasi) dari karyanya. Dampak yang lebih parah adalah setiap pekerja tidak lagi dihargai kemampuan dan dayanya selain dihargai tenaganya. Dengan demikian setiap pekerja seolah menjadi sebuah bagian “mesin” industri. Dengan berjalannya waktu penghargaan atas martabat manusia menjadi hilang, dan makna kerja bagi seseorang juga menjadi hilang.


Perubahan Sosial

Dampak besar dari revolusi industri, selain pekerja terasing dengan hasil karyanya dan penurunan peng­har­gaan terhadap martabat manusia, dampak sosial yang ada adalah munculnya kelas dalam masyarakat. Adanya kelas majikan dana atau pemilik modal dan kelas pekerja atau buruh. Munculnya kelas ini menimbulkan bahaya yang bisa meledak karena adanya perseturuan antara kelas majikan dan buruh. Buruh menuntut dipenuhi hak-hak dasar untuk hidupnya sedangkan para majikan berpikir soal keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memeras tenaga para buruh.

Adanya kelas dalam masyarakat yang berseberangan me-munculkan pemikiran-pemikiran untuk mengatasi persoalan itu. Salah satu yang muncul dan punya pengaruh kuat adalah sosialisme. Sosialisme menawar­kan pemecahan yaitu meng-hilangkan kepemilikan priba­di. Tidak ada lagi orang yang mempunyai milik pribadi tetapi semua sebagai milik bersama dan diatur oleh pemerintah. Dengan demikian menurut paham sosialis­me tidak akan ada lagi buruh dan majikan karena semua menjadi milik bersama.

 

Ensiklik Rerum Novarum

Ensiklik Rerum Novarum yang dikeluarkan oleh Paus Leo XIII pada tanggal 15 Mei 1891 menanggapi situasi sosial pada masa itu. Adanya ensiklik ini menunjukkan kehadiran Gereja pada dunia, Gereja yang sungguh mengalami dan merasakan kecemasan dan harapan dunia. Ensiklik ini merupakan terobosan besar dari Gereja bahkan beberapa ahli menyebut sebagai sesuatu yang tidak terbayangkan pada masa itu. Ensiklik ini merupakan warta kenabian pada masa itu dan bahkan untuk masa sekarang masih relevan pesannya. 

 

Mengapa Bahan Adven Ensiklik Rerum Novarum

Bahan Adven 2023 memilih mendalami ensiklik Rerum Novarum (RN), sebuah eksiklik kuno yang diterbitkan oleh Sri Paus Leo XIII pada tahun 1891. Sudah barang tentu bukan tanpa alasan memilih ensiklik ini. Pertama, sebagai pengingat bagi kita seluruh umat katolik, bahwa dasar iman kita adalah Kitab Suci, Tradisi Gereja dan Magisterium Gereja. Ensiklik termasuk dalam magis­terium Gereja, maka dengan alasan itulah dipilih salah satu ensiklik sebagai bahan Adven.

Kedua, pemilihan ensiklik ini untuk memberi pendasar­an refleksi kita, umat Keuskupan Bandung yang pada tahun ini fokus pastoralnya adalah Sukacita Ekonomi Kreatif. Ensiklik ini mengajak kita untuk memahami makna kerja, dan bagaimana harus bekerja.

Ketiga, ensiklik ini meskipun diterbitkan 132 tahun yang lalu namun demikian isi dan ajaran di dalamnya masih amat relevan untuk masa sekarang. Ensiklik ini menang­­­gapi adanya perubahan-perubahan besar dalam bidang tekhnologi yang berdampak pada perubahan sosial dan kemorosotan penghargaan pada martabat manusia.

Pada masa sekarang ini kita semua berada dalam dunia perubahan tekhnologi yang luar biasa yang menye­bab­kan manusia tunggang langgang mengikuti perubahan-perubahan itu. Perubahan-perubahan itu juga memberi dampak besar perubahan sosial dan penghargaan kepada martabat manusia. Manusia semakin cenderung individualis, tersekat-sekat, dan manusia tidak hanya terasing dari pekerjaannya tetapi juga terasing dari lingkungan sosial dan bahkan dirinya sendiri.


Bahan pendalaman iman bisa diunduh di link berikut:
Bahan Pendalaman Iman - Masa Adven 2023.pdf