SURAT GEMBALA SENSUS UMAT KEUSKUPAN BANDUNG 2011

SURAT GEMBALA SENSUS UMAT KEUSKUPAN BANDUNG 2011

''Pastikan Diri Kita Terdaftar sebagai Umat Allah''

(Dibacakan pada Misa Sabtu/Minggu, 27/28 Agustus 2011)

Saudari-Saudara yang terkasih dalam Kristus,

Berkat Tuhan,

1. Keuskupan kita yang tercinta telah mencanangkan bulan September 2011 sebagai Bulan Sensus Umat Keuskupan Bandung. Untuk itu, telah dibentuk Tim Sensus Keuskupan Bandung pada 30 Maret 2011 dengan tugas utama mempersiapkan pelaksanaan Sensus Umat Keuskupan Bandung. Berbagai persiapan telah dilakukan mulai dari penyusunan materi sensus, yaitu apa saja yang harus didata, pembuatan program data umat, dan proses sensus itu sendiri. Selain itu, Tim ini juga membantu mempersiapkan Tim Sensus Paroki melalui pelatihan-pelatihan yang diperlukan agar dapat menjalankan sensus umat ini sesuai denga harapan kita bersama. Saya percaya bahwa Tim Sensus Paroki telah dibentuk di setiap paroki dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan sensus umat di paroki masing-masing.

2. Mungkin di antara kita ada yang bertanya: ''Mengapa harus ada sensus umat? Bukankah selama ini, tanpa sensus umat, kehidupan menggereja dan pelayanan kepada umat tetap bisa berjalan?'' Kehidupan menggereja tentu akan tetap berjalan tanpa harus ada sensus. Namun, kehidupan menggereja kita akan semakin hidup dan pelayanan umat akan semakin mampu menjawab kebutuhan bila kita mengetahui situasi umat, baik kekuatan dan tantangannya. Sensus Umat Keuskupan Bandung bertujuan untuk mendapatkan data kekuatan umat di setiap paroki sekaligus tantangan dan permasalahan yang dialami. Gereja akan bertumbuh didasarkan atas kekuatan itu. Keterlibatan kita semua dalam menyumbangkan kekuatan dan bakat yang ada dalam diri kita sangat menentukan kehidupan dan pertumbuhan Gereja. Selain itu, dengan mengetahui situasi kehidupan umat, pelayanan dan program pastoral diharapkan semakin terencana dan mengena dengan kebutuhan dan kerinduan umat.

3. Dengan kata lain, sensus umat adalah cara agar setiap paroki semakin mampu memahami dan menyapa umatnya. Hal itu baru sungguh terjadi bila ada perjumpaan. Yesus, Tuhan kita, telah memberikan teladan bagaimana perjumpaan merupakan pintu bagi pengenalan dan pelayanan. Yesus berkeliling dari tempat yang satu ke tempat yang lain, berjumpa dengan macam-macam orang, baik yang lumpuh maupun yang buta, baik anak-anak maupun orang muda, baik orang terpandang maupun rakyat jelata. Yesus memahami dan menyapa orang-orang yang dijumpainya. Setelah itu, Dia mengajar dan melayani mereka. Bagi Yesus, perjumpaan menjadi kata kunci agar Dia mampu mengajar dan melayani dengan sungguh. Sensus umat juga merupakan sarana agar setiap paroki berjumpa dengan umatnya, mengenali dan memahami mereka sehingga mampu mengajar dan melayani dengan baik.

Saudari-saudara yang terkasih,

4. Seperti halnya gembala yang baik hendaknya mengenal domba-dombanya (bdk. Yoh 10:27), demikian pula para gembala umat hendaknya mengenal umatnya, menyapa dan melayaninya. Namun, pada saat ini tidaklah mudah gembala sungguh-sungguh mengenal domba-dombanya. Tidaklah mudah pastor paroki dan para pelayan umat paroki lainnya mengenal dan menyapa umat paroki. Kita menyaksikan di beberapa gereja, terutama di kota Bandung, umat harus berdesak untuk bisa mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Di beberapa gereja bahkan harus menggunakan aula paroki atau mendirikan tenda agar umat dapat duduk mengikuti perayaan Ekaristi. Kita melihat ada fenomena pertumbuhan umat. Setiap tahun umat katolik bertambah karena pembaptisan. Selain itu, semakin banyak umat katolik yang datang dan tinggal di Keuskupan Bandung dan menjadi bagian dari Umat Allah Keuskupan Bandung. Tentu saja, kita mensyukuri rahmat pertumbuhan umat di Keuskupan Bandung yang membuat gereja di Keuskupan Bandung semakin hidup. Namun, kita juga menyadari semakin banyak umat, semakin sulit umat untuk dikenal dan disapa. Pertumbuhan umat juga membuat kita tidak saling mengenal satu sama lain. Bahkan, kita dengan rendah hati harus mengakui bahwa ada kecenderungan dari diri kita sebagai umat katolik tidak mau dikenal dan disapa. Kita ingin hidup menyendiri dan tidak mau melibatkan diri dalam kehidupan menggereja. Kita juga terkadang lupa bahwa kita adalah umat katolik yang tinggal di suatu paroki dan lingkungan tertentu.

5. Sensus umat hendak mengingatkan kembali bahwa kita adalah warga umat katolik yang tinggal di Keuskupan Bandung dan secara khusus tinggal di paroki dan lingkungan. Dengan membuka diri untuk didata, kita mengakui bahwa diri kita adalah warga gereja. Diperlukan kerendahan hati untuk keluar dari kesendirian kita dan menerima status bahwa kita adalah warga gereja bersama dengan umat katolik lainnya. Kerelaan kita untuk menerima petugas sensus yang mendata diri kita dan anggota keluarga kita, tentunya merupakan pengorbanan yang sungguh diperlukan untuk membangun Gereja sebagai satu keluarga umat Allah. Kita semua dipanggil untuk berkorban demi terwujudnya Gereja sebagai Tubuh Kristus dengan Kristus sebagai Sang Kepala. Pengorbanan kita ini merupakan wujud kesetiaan kita pada panggilan Tuhan untuk menjadi anggota Tubuh Kristus. Dengan pengorbanan itu, kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk Allah dan anggota umat Allah. Itulah juga yang menjadi pesan Injil pada hari ini, yaitu: hendaknya kita tidak lagi semata-mata memikirkan apa yang kita pikirkan, tetapi juga memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah (bdk. Mrk 16:23).


Saudari-saudara yang terkasih,

6. Marilah kita bersama-sama membangun Gereja sebagai Tubuh Kristus dan kita adalah anggota-anggotanya. Sebagai anggota Tubuh Kristus, kita membuka diri untuk dikenal dan disapa. Kita relakan diri kita untuk didata sebagai anggota umat Allah di Keuskupan Bandung. Kita semua menyadari bahwa tidaklah mudah melaksanakan sensus umat ini, baik bagi para petugas sensus maupun kita yang akan disensus. Sungguh diperlukam ketekunan dan pengorbanan, partisipasi dan kerendahan hati agar sensus umat ini dapat berlangsung dengan lancar. Marilah kita sukseskan Sensus Umat Keuskupan Bandung 2011 dengan memastikan diri kita terdaftar.

7. Terima kasih kepada Anda semua yang telah terlibat aktif dalam persiapan sensus ini baik di tingkat keuskupan maupun paroki. Karya dan bakti Anda tentu akan membawa kesegaran dan semangat baru dalam hidup menggereja di Keuskupan Bandung. Terima kasih pula kepada Anda yang membuka dan merelakan diri untuk didata dalam sensus umat ini. Pengorbanan Anda tentu akan menghasilkan buah persaudaraan sebagai umat Allah. Harapan kita semua agar sensus umat ini semakin memperkokoh persekutuan kita dan semakin memampukan Gereja untuk melaksanakan tugasnya sebagai imam, nabi, dan raja. Salam dan doa saya serta berkat Tuhan bagi Anda semua, keluarga dan komunitas Anda.

Bandung, 24 Agustus 2011


+ Ignatius Suharyo
Administrator Apostolik Keuskupan Bandung