SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2015

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2015

BERSAMA UMAT TERLIBAT DALAM MASYARAKAT

Dibacakan pada Misa Minggu Biasa VI, 14/15 Februari 2015


Saudara-Saudari terkasih,

Kita akan memasuki masa Prapaskah yang dimulai pada hari Rabu Abu, 18 Februari 2015. Setiap tahun dahi kita ditandai salib dengan abu sebagai simbol hati dan budi yang mau bertobat dengan cara bermati-raga untuk mengolah diri dan beramal-bakti bagi sesama seraya mendekatkan diri pada Allah.

Seruan yang menyertai tanda salib pada dahi adalah:

''Bertobatlah dan percayalah pada Injil!'' Bertobat berarti menyelaraskan hati dan budi kita dengan apa yang Allah kehendaki sehingga seluruh energi dan materi yang kita miliki dikembangkan dan dimanfaatkan demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia. Percaya pada Injil berarti meyakini dan mengamini warta Injil yang menyerukan ''Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.'' (Mrk 1: 15) Seruan pertobatan dan ajakan untuk mewujud-nyatakan Kerajaan Allah bukanlah sekedar refren yang diulang-ulang, tetapi merupakan komitmen setiap murid Kristus. Mewujud-nyatakan Kerajaan Allah berarti menciptakan transfonliasi kehidupan, yaitu perubahan konkret entah di bidang material, sosial, mental maupun spiritual yang buahnya dirasakan baik secara personal maupun komunal.

Pertobatan kita ini perlu ditempatkan dalam konteks perubahan tersebut. Saat ini banyak orang mengalami masalah dengan berbagai kesusahan yang tak kunjung selesai. Kita menjumpai orang sulit, seakan tak akan pemah berubah. Kita bertemu orang sakit berkepanjangan, seolah tak akan sembuh. Kita melihat orang yang berkubang dalam kelemahan dan bergelimang dosa, sepertinya tak akan bertobat. Semua kesusahan, penyakit, dan dosa sesungguhnya dapat diatasi. Akan tetapi, sejauh manakah orang yang bermasalah (''sakit'') mau sembuh dan sungguh berusaha untuk sembuh. Banyak orang yang bermasalah hanya duduk diam tanpa asa dan menanti tanpa usaha seraya berteriak:


''Percuma! Saya tak mungkin sembuh!''

Dalam Injil hari ini, kita diingatkan bahwa awal dari perubahan positif adalah kemauan yang didukung oleh iman. Pertama, orang yang sakit kusta harus mempunyai keinginan untuk sembuh. Ia mencari siapa yang dapat menyembuhkannya sampai ia bertemu dengan Yesus. Kedua, ia percaya bahwa selain mempunyai kuasa penyembuhan, Yesus juga akan menerimanya. Orang tersebut harus memiliki pikiran positif dan harapan kuat. Ketiga, ia sungguh beriman bahwa Yesus adalah utusan Allah yang menjadikan segalanya baik. Ia yakin bahwa penyakitnya sekalipun menahun dapat disembuhkan. Keempat, ia terbuka dengan rendah hati; tak mau memaksakan kehendak diri apalagi mendikte Yesus. Ia berserah diri pada kehendak Tuhan. Maunya sembuh, tetapi Tuhan tahu yang terbaik. Maka, orang kusta itu datang kepada Yesus dengan terbuka penuh harapan: ''Tuhan, jika Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku.'' Melihat iman yang demikian besar itu, Yesus menjawab: ''Aku mau, jadilah sembuh!'' Kesembuhan terjadi karena si sakit mau pulih dan Tuhan menghendakinya. Iman seperti ini mengingatkan kita akan iman Maria yang berseru kepada malaikat: ''Sesungguhnya aku ini adalah hamba - Tuhan; jadilah padaku menurut perkataaan-Mu itu.'' Kepasrahan semacam ini menghantar kita pada doa Yesus di taman Getzemani: ''Janganlah seperti yang Kuhendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.'' Akhimya, semua ini membawa kita pada doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus sendiri: ''Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di dalam Surga.''

Perubahan positif, yaitu kepulihan dari segala ketidak-beresan sepantasnya merupakan bagian dari usaha tobat kita yang pada tahun ini mengambil tema ''Menjadi Manusia Ber-APP.'' Manusia ber-Aksi-Puasa-Pembangunan adalah pribadi yang hati dan budi serta energi dan materinya tertuju pada pembangunan umat dan masyarakat. Ungkapan tobat ditempatkan dalam upaya mengembangkan umat dan menyejahterakan masyarakat. Kita diundang untuk terlibat dalam kehidupan dan perjuangan masyarakat; bagaimana kita makin menyejahterakan orang-orang di sekitar kita. Keberhasilan pertobatan kita juga diukur dari sejauh manakah Gereja makin mengumat dan memasyarakat.

Kita makin mengumat kalau hidup kita sehati dan sejiwa bertekun dalam hidup persaudaraan, pewartaan, perayaan (liturgi), dan pelayanan dengan semangat berkorban. Kita makin memasyarakat kalau kita menjadi bagian dari masyarakat dengan cara aktif terlibat dalam kegiatan dan kehidupan masyarakat. Semoga berkat kehadiran Gereja yang sehati-sejiwa, masyarakat sekitar mengalami perubahan positif: pangan, sandang, dan papannya makin baik; kehidupan mentalnya makin dewasa, sikapnya makin toleran dan solider; hidup keagamaannya makin takwa dan imannya makin teguh.

Sri Paus Fransiskus menekankan mutlaknya dimensi sosial dari pewattaan Injil dan dimensi komunal dari hidup spiritual. ''Iman sejati -yang tak pemah nyaman atau sepenuhnya individual selalu melibatkan hasrat mendalam untuk mengubah dunia .... Seluruh umat Kristiani, termasuk para pastor mereka, dipanggil untuk menunjukkan kepedulian membangun dunia yang lebih baik'' (Evangelii Gaudium 183) Sri Paus menambahkan bahwa: ''Iman kita akan Yesus Kristus, yang menjadi miskin, dan selalu dekat dengan kaum miskin dan kaum tersingkir, adalah dasar kepedulian kita pada pengembangan seutuhnya para anggota masyarakat yang paling terabaikan.'' (186) Di situlah orang yang bertobat dan percaya pada Yesus Kristus ditantang untuk secara konkret peduli dan terlibat dalam pengembangan masyarakat.

Marilah kita menjadi manusia ber-APP dengan penuh sukacita, bukan hanya melalui pantang dan puasa material (makanan dan minuman), tetapi juga secara spiritual dengan bermatiraga untuk memperbaiki diri, berdoa untuk makin dekat dengan Yang Ilahi, dan beramal untuk mengabdi sesama terutama yang membutuhkan. Semoga pantang dan puasa kita merupakan usaha untuk sehati sejiwa bersama umat terlibat dalam masyarakat. Dengan demikian, laku tobat kita pada masa Prapaskah ini membawa perubahan positif; bukan hanya diri sendiri yang disentuh dan disembuhkan, tetapi juga sesama dijamah dan diutuhkan. ''Tuhan, kalau Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku! Jadikanlah aku manusia ber-APP!''



Bandung, 10 Februari 2015

Ut diligatis invicem


 +Antonius Subianto Bunjamin OSC