Sidang KWI 2019 : Mengakarrumputkan Dokumen Abu Dhabi

Sidang Tahunan Para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2019 diselenggarakan di Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bandung di Ruang Yohanes Paulus II, Bumi Silih Asih (BSA), Bandung (04/11-13/11). Sidang Tahunan 2019, diawali dengan pengenangan arwah atas wafatnya almarhum Mgr. John Philip Saklil (Uskup Keuskupan Timika), doa pembuka dan menyanyikan lagu Veni Creator Spiritus dilanjutkan mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.


Ignasius Kardinal Suharyo Ketua KWI (Kiri) & Mgr. Piero Pioppo Duta Besar Vatikan untuk Indonesia


Ignatius Kardinal Suharyo Ketua KWI dalam sambutannya  menyampaikan alasan sidang tahunan KWI, sama seperti tahun lalu dilaksanakan di Pusat Pastoral Keuskupan Bandung karena gedung KWI baru akan dimulai pembangunannya pertengahan November mendatang. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Mgr. Anton yang bersedia menjadi tuan rumah. Hal ini mencerminkan dinamika Keuskupan Bandung yang kreatif. Lebih lanjut Kardinal menyampaikan bahwa dalam kunjungan Ad Limina (06/19), Paus Fransiskus menyampaikan pesan kepada para uskup Indonesia untuk mengakarrumputkan dokumen Abu Dhabi.

Dengan alasan itulah, sidang KWI ini diawali dengan hari studi selama dua hari (4-5/11) yang berkaitan dengan dokumen tersebut. Semoga pembelajaran atas dokumen itu, memberi inspirasi untuk melakukan sesuatu yang bermuara pada transformasi kehidupan. Pada tingkat Gereja Universal, Paus Fransiskus menetapkan bulan Oktober 2019 sebagai Bulan Misi Luar Biasa untuk mendorong semangat misioner. Selain itu, dalam penutupan Sinode Amazon, Gereja diajak terus menerus membarui diri dengan kebenaran rasuli, kerendahan hati Injili dan doa yang tekun. Demikian sambutan Ketua KWI yang dilantik menjadi Kardinal pada 5 Oktober 2019 ini.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik (Dirjen Bimas Katolik) dalam sambutannya yang diwakili Aloma Sarumaha, Sekretaris Dirjen Bimas Katolik, menyampaikan selamat atas terpilihnya Mgr. Ignatius Suharyo sebagai Kardinal Indonesia serta keterlibatan umat Katolik di bawah bimbingan para Uskup dalam membangun “Sumber Daya Manusia Unggul Indonesia Maju.” Selanjutnya , Dirjen berharap agar umat Katolik memperkuat persaudaraan untuk Indonesia damai di semua bidang dan profesi masing-masing dengan memperkokoh nilai-nilai universal. “Satu kata dan langkah awal sederhana, tanpa biaya, sangat mudah dan dapat dilakukan semua orang, bahkan seorang bayi sekalipun, tetapi mempunyai dampak yang luar biasa besar ialah senyum. Peace begin with a smile (Mother Theresa)’’, ujarnya.

Sementara itu Nuntius Apostolik atau Duta Vatikan di Indonesia Mgr. Piero Pioppo mengungkapkan rasa bahagianya atas pelantikan Mgr. Ignatius Suharyo sebagai Kardinal baru di Indonesia yang akan menjadi sebuah dorongan besar bagi pelayanan keuskupan dalam persekutuan afektif dan efektif. Selain itu disampaikan ucapan syukur atas peringatan 25 tahun pengangkatan Julius Kardinal Darmaatmadja (26/11/1994).

Selama beberapa hari, Para Uskup dipanggil mempelajari secara mendalam “Dokumen tentang persaudaraan manusia, bagi perdamaian dunia dan koeksistensi bersama.” Cakupan deklarasi ini sungguh penting, khususnya bagi situasi nasional di Indonesia. Ketika pencarian akan perdamaian, harmoni dan koeksistensi adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama, dari hati ke hati, dan sambil bergandengan tangan. Nuncius mengajak para uskup  untuk tetap memelihara nilai-nilai bersama dan membimbing komunitas dengan rendah hati dan dalam dialog persaudaraan dengan semua orang.

Gereja dapat menawarkan ragi dan nilai-nilai Injil yang hidup (ut unum sint), sebagai kontribusi khusus Gereja bagi masa depan bangsa ini, yaitu: Pertama: keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Penyelamat dunia dan masyarakat, nilai-nilai, dan budaya yang hidup di sini. Kedua: sukacita dan kebanggaan untuk menjadi anggota Gereja Katolik yang adalah Bunda kita, namun memberikan kasihnya kepada semua orang yang hidup di Indonesia. Ketiga: kekuatan dan keberanian dalam komitmen kita, bagi persatuan dan kekudusan personal serta komunal. Persatuan dan kekudusan akan mengatasi kejahatan dengan kebaikan, yang dimulai dari dalam Gereja kita.

Dengan berbuat demikian, menurutnya kita bisa memberikan kontribusi yang kredibel dan menjadi teladan bagi perbaikan masyarakat kita dalam citra Kerajaan Allah. Bila tiga kesadaran ini selalu menemani pikiran, perkataan, dan keputusan bagi tindakan Gereja pada momen ini, Gereja akan selalu memenuhi misinya dan tidak akan jatuh dan menjadi unsur yang tidak relevan bagi masyarakat kita. Ungkapan syukur pun disampaikan Nuncio untuk “groundbreaking” atau peletakkan batu pertama pembangunan gedung baru KWI yang akan dilakukan pada Jumat (15/11). Nuncio menutup sambutannya dengan sebuah ajakan, “Mari kita melayani Gereja yang luhur di Indonesia, agar ia mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Semoga Perawan Maria mendoakan dan menemani kita dalam semangat apostolik yang diperbarui”, demikian sambutan Nuncio kelahiran Savona, Italia ini.



Sidang dihadiri Kardinal, para Uskup, Administrator Apostolik, Administrator Diosesan dan beberapa Uskup Emeritus. Selain membahas agenda rutin tentang pelaporan setiap komisi KWI dan Pesan Natal PGI-KWI 2019. Dibahas pula agenda penting pada tahun 2020, yaitu: ulang tahun ke-50 Federation of Asian Bishops Conferences (FABC) – Federasi Konferensi Para Uskup se-Asia, Pesta Paduan Suarani Gerejani (Pesparani) II di Kupang, serta Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2020, Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, serta penetapan Sidang Tahunan KWI 2020. (Edy Suryatno)